Selasa, 06 September 2016

ASSIGNMENT

Diberitahukan kepada mahasiswa/i Universitas Bung Hatta yang mengambil mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Biologi, untuk assignment program tahunan, keterangannya sebagai berikut.

Program tahunan yang dibuat adalah program tahunan untuk kelas 8 semester ganjil mata pelajaran IPA kurikulum 2013.

Acuan yang digunakan adalah program tahunan kelas 8 semester genap yang dimiliki oleh SMP N 1 Padang.

Sebelum merancang program tahunan, mahasiswa/i disarankan untuk membuat rincian minggu efektif berdasarkan kalender pendidikan Dinas Pendidikan Kota Padang tahun pelajaran 2016/2017.

Kompetensi Dasar & Materi Pokok untuk semester ganjil dapat dilihat pada silabus yang  dimulai dari materi gerak lurus sampai bahan kimia dalam kehidupan.


Kamis, 25 Agustus 2016

PROGRAM PENGAJARAN BIOLOGI

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru maupu peserta didik penting untuk mengetahui tercapai tatau idaknya tujuan pembelajaran pada saat ataupun setelah proses pembelajaran berlangsung. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru hendaknya menyusun program pengajaran sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas.

Program Pengajaran Biologi merupakan kumpulan beberapa perangkat pembelajaran yang disusun dan dirangkai menjadi suatu kesatuan prosedur yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara menyeluruh oleh siswa.

Pengembangan Program Pengajaran Biologi (P3Bio) merupakan mata kuliah yang termasuk kedalam matakuliah keahlian berkarya dengan kompetensi hasil belajar termasuk kompetensi yang utama. Dalam mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh pada matakuliah-matakuliah sebelumnya secara komprehensif baik secara teori maupun praktek, baik dalam perkuliahan maupun dilapangan dengan bobot 3 sks.

Pada matakuliah ini akan dibahas bentuk-bentuk program pengajaran biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP/ MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA/ MA) yang meliputi pola dan cara pengembangan program tahunan dan program semester, pengembangan silabus mata pelajaran, pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang siap pakai dalam pembelajaran, pengembangan program perbaikan dan menyusun program pengayaan.

Dari sejumlah materi yang terdapat pada matakuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan terampil dalam menyusun program pembelajaran yang meliputi program tahunan, program semester, silabus, RPP, program remedial dan pengayaan untuk SMP dan SMA, mampu menginventaris atau memilih model pembelajaran, memilih dan mengembangkan media pembelajaran, serta mengembangkan alat evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan tertentu, dan mampu mengembangkan program remedial dan pengayaan.

Selain itu, karena matakuliah ini lebih mengedepankan pengembangan dan aplikasi program-program pembelajaran yang telah ada, maka untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa terhadap materi ini, mahasiswa diharapkan juga dapat mengkaji program-program pembelajaran yang ada disekolah sebagai pembanding.

Untuk itu sebelum memulai matakuliah ini, mahasiswa diharapkan telah memiliki perangkat-perangkat pembelajaran terutama program tahunan, program semester, silabus, RPP, program remedial dan pengayaan untuk SMP dan SMA.


Daftar Pustaka  

Muslich, Masnur. (2007). Dasar Pemahaman dan Pengembangan Kurikulum Seri Standar Nasional Pendidikan : Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah dan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Zulyusri. (2010). Modul Program Pendidikan Profesi Guru Program Pengembangan Pengajaran Biologi. Padang: Universitas Negeri Padang.  




Tugas Kegiatan Terstruktur

Carilah contoh perangkat-perangkat pembelajaran terutama program tahunan, program semester, silabus, RPP, program remedial dan pengayaan untuk SMP disekolah sebagai pembanding !

Jumat, 25 Maret 2016

ANNOUNCEMENT

Diberitahukan kepada mahasiswa/i Pendidikan Biologi Universitas Bung Hatta yang mengambil mata kuliah evaluasi bahwa perkuliahan untuk Jumat depan tanggal 1 April 2016 ditambah menjadi 2 pertemuan (2×3 sks). Oleh karena itu, untuk kelompok selanjutnya yang akan tampil harap mempersiapkan materi tentang validitas dan reliabilitas (selengkapnya harap lihat silabus). Demikian pemberitahuan ini disampaikan, terimakasih.

Sabtu, 19 Maret 2016

ASSIGNMENT

PSYCHOMOTOR DOMAIN

1. Instrumen penilaian kinerja
(Kisi-kisi, judul praktikum termasuk alat & bahan, tabel penilaian, dan rubrik         penilaian)

2. Instrumen penilaian proyek
(Kisi-kisi, judul proyek, tabel penilaian,       dan rubrik penilaian)

3. Instrumen penilaian portofolio
(Tabel kumpulan tugas portofolio siswa)


Note :
Sesuaikan judul praktikum dan judul proyek dengan materi tugas penilaian kognitif dan afektif.

Contoh tugas dapat dilihat pada lampiran Permendikbud RI Nomor 53 Tahun 2015 tentang penilaian keterampilan.


Good luck

Kamis, 03 Maret 2016

PENILAIAN PSIKOMOTOR

A. ASPEK PSIKOMOTOR DALAM PEMBELAJARAN
Menurut Arikunto (2010) psikomotor berhubungan dengan kata ”motor”, “sensory motor”atau “perceptual-motor”. Dengan kata lain dapat diartikan ranah psikomotor ini berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh atau bagian-bagianya. Gerak yang dimaksud disini mulai dari gerak yang sederhana sampai yang lebih komplit. Hamid (2009) menambahkan bahwa psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Penilaian psikomotorik adalah penilaian untuk menggali potensi keterampilan atau penampilan sesorang dalam mengaplikasikan bidang keilmuannya. Penilaian aspek psikomotor lebih mengutamakan aspek proses bukan hasil, dimana akan banyak sekali aspek-aspek yang nantinya dapat dinilai dari psikomotor siswa setelah mereka menerima imformasi-informasi teoritik (Nitko ,2006 dalam Anwar, 2009).

Anwar (2009)  bahwa pada dasarnya penilaian psikomotor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif. Jadi penilaian psikomotor tidak berdiri sendiri tetapi mesti didahului dengan penilaian dari ranah kognitif bahkan afektif terlebih dahulu.

Aspek-aspek untuk menilai ranah psikomotor ini juga dijelaskan oleh Hamid (2009) yang merumuskan kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek psikomotor diantaranya gerakan reflek, gerakan dasar, gerakan terampil, gerakan persepsi, gerakan kemampuan, gerakan indah dan kreatif.

Dave (1967) dalam Lutfi ( 2011) juga membagi tingkatan hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu:
1. Imitasi (meniru)
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Kata operasionalnya yang digunakan pada tingkatan ini misalnya mengaktifkan, menyesuaikan, menggabungkan, mengatur, mengumpulkan, menimbang, mengonstruksikan, memperkecil, membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan.

2. Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. kata kerja yang digunakan pada tingkatan ini antara lain mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, mencampur, memilah, melatih, memperbaiki, membuat, menempatkan, mengidentifikasikan, mengisi, memanipulasi, mereparasi.

3. Presisi (Ketetapan)
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Kata kerja yang digunakan pada tingkatan hampir sama dengan kata kerja pada tingkatan manipulasi tetapi dengan control yang lebih dan kesalahan yang  lebih sedikit.

4. Artikulasi
Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Kata kerja yang digunakan pada tingkatan ini adalah mengalihkan, mengemas, memutar, menarik, mendorong, memindahkan, mengirim,    memproduksi,  mengoperasikan,  mencampur,  membungkus,  menggantikan dan lain-lain. Contohnya peserta didik disuruh untuk membuat herbarium.

5. Naturalisasi (pengalamiahan)
Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh apabila siswa tiba-tiba disuruh oleh gurunya untuk mengambar sebuah organel sel kedepan kelas Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengambar organel sel tersebut dengan bagus.


Jumat, 26 Februari 2016

ASSIGNMENT


1. Penilaian observasi dalam bentuk jurnal
2. Kisi-kisi dan angket penilaian diri
3. Angket penilaian teman sejawat

Note :
Materi untuk penilaian diambil berdasarkan tugas aspek kognitif minggu lalu

Jadikan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 sebagai acuan

Semua tugas (kognitif dan afektif) dimasukan kedalam map tulang warna hijau dalam bentuk portofolio dan dijadikan syarat untuk mengikuti ujian tengah semester


Good luck

Kamis, 18 Februari 2016

ASPEK AFEKTIF


Pengertian Ranah Afektif Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Objek afektif beragam dari perhatian yang bersifat sederhana untuk memilih fenomena sampai dengan hal kompleks tetapi secara internal konsisten dengan kualitas karakter dan suara hati Domain afektif merupakan kawasan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dengan domain-domain yang lain. Karena sebagai kawasan tujuan pendidikan, ketiga domain ini saling mendukung.

Objek domain afektif menurut Krathwohl (1973 : 24) unsur-unsurnya terdiri dari minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi (apresiation), dan penyesuaian (adjustmen). Ajzen dan Fishbein (1975) membagi dalam kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan atau maksud (intention), dan perilaku (behaviour). Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Internalisasi pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan kecendrungan berperilaku seseorang. Berbeda dengan Ajzen dan Fishbein, Hammond (Worthen dan Sanders, 1973) menyatakan bahwa objek pendidikan disamping kognitif, dan psikomotorik juga afektif. Objek afektif ini meliputi unsur perhatian, minat (interest), sikap (attitude), perasaan (feeling), dan emosi (emotion). Menurut Hoopkins dan Antes (1990) unsur-unsur domain afektif meliputi emotion, interest, attitude, value, character development dan motivation. Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasikan bahwa unsur-unsur domain afektif paling tidak meliputi perhatian/ minat, sikap, nilai, apresiasi, kepercayaan, perasaan, emosi perilaku, keinginan, dan penyesuaian.

a.  Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian  yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

Mueller dalam Sudaryono (2012) menyampaikan 5 defenisi dari lima ahli, yaitu sebagai berikut. Sikap adalah afeksi untuk melawan, penilaian tentang suka atau tidak suka, tanggapan positif atau negatif terhadap suatu objek (Thurstone). Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus). Sikap adalah kesiapan mental atau saraf (Goldon Allport). sikap adalah konesistensi dalam tanggapan terhadap objek – objek sosial (Donald Cambell). Sikap merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh suatu nilai (Ralp Linton).   Sikap dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan pandangan seseorang terhadap suatu objek tertentu, pembawaan dan tingkah laku. Sikap dalam bahasa Inggrisnya disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.  Menurut Ellis (1998:141) yang sangat memegang penting dalam sikap adalah faktor perasaan atau emosi dan reaksi / respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi, sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike).

Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi yaitu bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan.   Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa sikap adalah merupakan kecenderungan seseorang bereaksi terhadap suatu objek tertentu sesuai dengan pengalaman dan kondisi lingkungannya (Klesler, Collins, Miller dan Fishben, 1975:6). Winkel (1984:30) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan sikap adalah “Kecenderungan dalam diri subjek menerima atau menolak objek berdasarkan pada penilaian objek itu sebagai objek yang berharga”. Menurut Joesmani (1988:61) “Sikap adalah kecenderungan seseorang terhadap objek, dimana kecenderungan itu bisa setuju atau tidak setuju, atau diantara kedua rentang itu”.   Dalam kehidupan setiap  individu mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan sesuatu yang ada di sekitarnya atau lingkungan dimana dia berada, baik terhadap gejala-gejala sosial maupun aktivitas-aktivitas tertentu. Untuk mengadakan interaksi ini, sikap merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan penilaian apakah objek yang ada di sekitarnya berharga atau tidak bagi dirinya. Sikap merupakan salah satu aspek psikis atau mental yang akan membentuk pola berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mempengaruhi setiap kegiatan yang akan dilakukan didalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sikap akan turut menentukan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan memberikan penilaian terhadap objek-objek tertentu.   Sarwono (1976) mengatakan bahwa sikap ini dapat bersifat positif atau bersifat negatif. Syah (1996) mengemukakan bahwa sikap siswa yang positif terutama pada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses pembelajaran siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru pengajar dan mata pelajaran, kemudian diiringi kebencian maka dapat menimbulkan kesulitan belajar.

 Faktor pendorong sikap untuk melakukan sesuatu terdiri dari beberapa faktor. Herzbeg (1976) membagi atas enam faktor yaitu
(1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, teman sejawat ataupun orang lain,
(2) prestasi yaitu prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang dalam belajar,
(3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan,
(4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya,
(5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya,
(6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan tugas yang baru dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar. Sikap dapat dibentuk sebagai hasil dari suatu yang dipelajari. Sikap bisa saja dipengaruhi oleh orang lain, guru dan teman. Sebaliknya sikap juga dapat dipengaruhi perbuatan dan tingkah laku seseorang (Azwar, 1998;15).

b.  Minat
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat adalah sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta mampu membuktikan lebih lanjut.

Winkel (1999) menjelaskan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan jiwa yang bersifat menetap dalam diri seseorang untuk merasa senang dan tertarik kepada hal-hal tertentu. Selanjutnya Hurlok (1996) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan mereka bebas memilih. Apabila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat untuk melakukannya, kemudian akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi mereka.   Minat siswa juga sangat mempengaruhi cara belajarnya. Jika mereka tertarik terhadap mata pelajaran tertentu, maka minat belajar cenderung menjadi tinggi, kegiatan belajar pun menjadi meningkat dalam arti siswa akan lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan belajar. Hal ini ditegaskan Hurlock (1996), bahwa siswa yang berminat terhadap suatu kegiatan belajar akan berusaha lebih keras untuk memahami materi pembelajaran dibanding siswa yang kurang berminat terhadap kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, jika guru  berharap agar proses belajar mengajar terlaksana secara optimal, maka guru harus mampu merangsang minat dan motivasi siswa atau siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Suryabrata (1984) mengkategorikan minat belajar kedalam tiga kategori yaitu (1) volenter adalah minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar, (2) involenter adalah minat yang timbul akibat pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru), dan (3) nonvolenter adalah minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat. Walaupun ketiga unsur yang mempengaruhi timbulnya minat dalam diri keadaan yang berbeda, namun kesemuanya menunjukkan bahwa minat merupakan unsur penting untuk menimbulkan perhatian belajar siswa. Minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan memungkinkan tercapainya konsentrasi untuk waktu yang lama.

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan konsentrasi, sehingga suatu mata pelajaran hanya dapat dipelajari dengan baik apabila mahasiswa dapat konsentrasi terhadap pelajaran itu.  Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang  mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,  aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian (Getzel, 1966).Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia  minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

C. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.

d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7). Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.

Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi meliputi ketelitian, ketekunan, dan kemampuan memecahkan masalah secara logis dan sistematis (SK Dirjen Mandikdasmen Nomor12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah).


Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing, organization dan characterization by a value or value complex.

1. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
 Purwanto (2011) mengatakan bahwa receiving atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian pada rangsangan yang datang adanya. Receiving merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.

Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu.

2.Responding (Menanggapi)
Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi dibandingkan jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah: peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi tentang kedisiplinan.


3. Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila sesuatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu telah mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

4. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional. Mengatur atau mengorganisasikan ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi dibandingkan receiving, responding dan valuing.

5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pol kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phylosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”, tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya dalam menjalankan perintah Tuhan YME sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.