Kamis, 18 Februari 2016
ASPEK AFEKTIF
Pengertian Ranah Afektif Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Objek afektif beragam dari perhatian yang bersifat sederhana untuk memilih fenomena sampai dengan hal kompleks tetapi secara internal konsisten dengan kualitas karakter dan suara hati Domain afektif merupakan kawasan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dengan domain-domain yang lain. Karena sebagai kawasan tujuan pendidikan, ketiga domain ini saling mendukung.
Objek domain afektif menurut Krathwohl (1973 : 24) unsur-unsurnya terdiri dari minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi (apresiation), dan penyesuaian (adjustmen). Ajzen dan Fishbein (1975) membagi dalam kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan atau maksud (intention), dan perilaku (behaviour). Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Internalisasi pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan kecendrungan berperilaku seseorang. Berbeda dengan Ajzen dan Fishbein, Hammond (Worthen dan Sanders, 1973) menyatakan bahwa objek pendidikan disamping kognitif, dan psikomotorik juga afektif. Objek afektif ini meliputi unsur perhatian, minat (interest), sikap (attitude), perasaan (feeling), dan emosi (emotion). Menurut Hoopkins dan Antes (1990) unsur-unsur domain afektif meliputi emotion, interest, attitude, value, character development dan motivation. Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasikan bahwa unsur-unsur domain afektif paling tidak meliputi perhatian/ minat, sikap, nilai, apresiasi, kepercayaan, perasaan, emosi perilaku, keinginan, dan penyesuaian.
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Mueller dalam Sudaryono (2012) menyampaikan 5 defenisi dari lima ahli, yaitu sebagai berikut. Sikap adalah afeksi untuk melawan, penilaian tentang suka atau tidak suka, tanggapan positif atau negatif terhadap suatu objek (Thurstone). Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus). Sikap adalah kesiapan mental atau saraf (Goldon Allport). sikap adalah konesistensi dalam tanggapan terhadap objek – objek sosial (Donald Cambell). Sikap merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh suatu nilai (Ralp Linton). Sikap dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan pandangan seseorang terhadap suatu objek tertentu, pembawaan dan tingkah laku. Sikap dalam bahasa Inggrisnya disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Menurut Ellis (1998:141) yang sangat memegang penting dalam sikap adalah faktor perasaan atau emosi dan reaksi / respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi, sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike).
Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi yaitu bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan. Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa sikap adalah merupakan kecenderungan seseorang bereaksi terhadap suatu objek tertentu sesuai dengan pengalaman dan kondisi lingkungannya (Klesler, Collins, Miller dan Fishben, 1975:6). Winkel (1984:30) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan sikap adalah “Kecenderungan dalam diri subjek menerima atau menolak objek berdasarkan pada penilaian objek itu sebagai objek yang berharga”. Menurut Joesmani (1988:61) “Sikap adalah kecenderungan seseorang terhadap objek, dimana kecenderungan itu bisa setuju atau tidak setuju, atau diantara kedua rentang itu”. Dalam kehidupan setiap individu mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan sesuatu yang ada di sekitarnya atau lingkungan dimana dia berada, baik terhadap gejala-gejala sosial maupun aktivitas-aktivitas tertentu. Untuk mengadakan interaksi ini, sikap merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan penilaian apakah objek yang ada di sekitarnya berharga atau tidak bagi dirinya. Sikap merupakan salah satu aspek psikis atau mental yang akan membentuk pola berpikir tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mempengaruhi setiap kegiatan yang akan dilakukan didalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sikap akan turut menentukan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan memberikan penilaian terhadap objek-objek tertentu. Sarwono (1976) mengatakan bahwa sikap ini dapat bersifat positif atau bersifat negatif. Syah (1996) mengemukakan bahwa sikap siswa yang positif terutama pada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses pembelajaran siswa. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru pengajar dan mata pelajaran, kemudian diiringi kebencian maka dapat menimbulkan kesulitan belajar.
Faktor pendorong sikap untuk melakukan sesuatu terdiri dari beberapa faktor. Herzbeg (1976) membagi atas enam faktor yaitu
(1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, teman sejawat ataupun orang lain,
(2) prestasi yaitu prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang dalam belajar,
(3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan,
(4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya,
(5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya,
(6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan tugas yang baru dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar. Sikap dapat dibentuk sebagai hasil dari suatu yang dipelajari. Sikap bisa saja dipengaruhi oleh orang lain, guru dan teman. Sebaliknya sikap juga dapat dipengaruhi perbuatan dan tingkah laku seseorang (Azwar, 1998;15).
b. Minat
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat adalah sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta mampu membuktikan lebih lanjut.
Winkel (1999) menjelaskan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan jiwa yang bersifat menetap dalam diri seseorang untuk merasa senang dan tertarik kepada hal-hal tertentu. Selanjutnya Hurlok (1996) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan mereka bebas memilih. Apabila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat untuk melakukannya, kemudian akan mendatangkan kepuasan tersendiri bagi mereka. Minat siswa juga sangat mempengaruhi cara belajarnya. Jika mereka tertarik terhadap mata pelajaran tertentu, maka minat belajar cenderung menjadi tinggi, kegiatan belajar pun menjadi meningkat dalam arti siswa akan lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan belajar. Hal ini ditegaskan Hurlock (1996), bahwa siswa yang berminat terhadap suatu kegiatan belajar akan berusaha lebih keras untuk memahami materi pembelajaran dibanding siswa yang kurang berminat terhadap kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, jika guru berharap agar proses belajar mengajar terlaksana secara optimal, maka guru harus mampu merangsang minat dan motivasi siswa atau siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Suryabrata (1984) mengkategorikan minat belajar kedalam tiga kategori yaitu (1) volenter adalah minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar, (2) involenter adalah minat yang timbul akibat pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru), dan (3) nonvolenter adalah minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat. Walaupun ketiga unsur yang mempengaruhi timbulnya minat dalam diri keadaan yang berbeda, namun kesemuanya menunjukkan bahwa minat merupakan unsur penting untuk menimbulkan perhatian belajar siswa. Minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan memungkinkan tercapainya konsentrasi untuk waktu yang lama.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan konsentrasi, sehingga suatu mata pelajaran hanya dapat dipelajari dengan baik apabila mahasiswa dapat konsentrasi terhadap pelajaran itu. Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian (Getzel, 1966).Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
C. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.
d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7). Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi meliputi ketelitian, ketekunan, dan kemampuan memecahkan masalah secara logis dan sistematis (SK Dirjen Mandikdasmen Nomor12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah).
Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing, organization dan characterization by a value or value complex.
1. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Purwanto (2011) mengatakan bahwa receiving atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian pada rangsangan yang datang adanya. Receiving merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu.
2.Responding (Menanggapi)
Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi dibandingkan jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah: peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi tentang kedisiplinan.
3. Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila sesuatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu telah mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
4. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional. Mengatur atau mengorganisasikan ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi dibandingkan receiving, responding dan valuing.
5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pol kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phylosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”, tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya dalam menjalankan perintah Tuhan YME sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Assalamualaikum wr.wb
BalasHapus1.Pengertian Ranah Afektif
Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Objek afektif beragam dari perhatian yang bersifat sederhana untuk memilih fenomena sampai dengan hal kompleks tetapi secara internal konsisten dengan kualitas karakter dan suara hati
Domain afektif merupakan kawasan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dengan domain-domain yang lain. Karena sebagai kawasan tujuan pendidikan, ketiga domain ini saling mendukung.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasikan bahwa unsur-unsur domain afektif paling tidak meliputi perhatian/ minat, sikap, nilai, apresiasi, kepercayaan, perasaan, emosi perilaku, keinginan, dan penyesuaian.
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.Faktor pendorong sikap untuk melakukan sesuatu terdiri dari beberapa faktor. Herzbeg (1976) membagi atas enam faktor yaitu (1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, teman sejawat ataupun orang lain,
(2) prestasi yaitu prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang dalam belajar,
(3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan,
(4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya,
(5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya,
(6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan tugas yang baru dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar. Sikap dapat dibentuk sebagai hasil dari suatu yang dipelajari. Sikap bisa saja dipengaruhi oleh orang lain, guru dan teman. Sebaliknya sikap juga dapat dipengaruhi perbuatan dan tingkah laku seseorang
b. Minat
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat adalah sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta mampu membuktikan lebih lanjut.
c. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
Contoh indikator konsep diri:
d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7). Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
BalasHapus2.Tujuan Penilaia Ranah Afektif
Adapun tujuan penilaian ranah afektif menurut Arikunto (2013) adalah (1) mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya, (2) mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah laku anak didik,
(3) menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik, dan
(4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
3.Manfaat Penilaian Ranah Afektif
Menurut Anwar (2009), penilaian ranah afektif berguna untuk hal sebagai berikut ini.
1.Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik. Apabila mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan diasumsikan mereka akan mampu menguasai pembelajaran dan tentunya pencapaian kompetensi minimal akan terwujud
2.Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk mengarahkan pilihan siswa, misalnya termasuk untuk memasuki PT yang mereka minati.
4.Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
a.Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)/A1
b.Responding (Menanggapi)/A2
c.Valuing (Menilai atau Menghargai)/A3
d.Organization (Mengorganisasikan)/A4
e.Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)/A5
KAIDAH PERUMUSAN INSTRUMEN EVALUASI ASPEK SIKAP
1.Pengamatan (Observation)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan (keterangan) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.
2.Wawancara (Interview)
Yusuf (2007) mengemukakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. Sudijono (2012) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
3.Angket (Questionnaire)
Menurut Putra (2012), pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa angket merupakan teknik yang efisien dan cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar. Data yang dapat dihimpun melalui angket misalnya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.
4.Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik melalui teknik non tes dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (autobiografi), selain itu juga dokumen yang memuat informasitentang orang tua peserta didik.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus5.Jenis-jenis Skala
BalasHapus1. Skala Likert
Yaitu merupakan suatu series item (butir soal). Responden hanya memberikan persetujuan atau ketidak setujuan nya terhadap butir soal tersebut. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan umumnya diikuti oleh respons yang menunjukkan tingkatan
2.Skala Pilihan Ganda
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda, yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat. Skala seperti ini dikembangkan oleh Inkels, seorang ahli penilaian di Stanford University.
3.Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Louis Leon Thurstone, seorang ahli Ilmu Jiwa Amerika dan pioner dalam pengukuran mental (Yusuf, 2007). Skala Thurstone merupakan skala mirip skala buatan likert karena merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.
4.Skala Guttman
Skala ini sama dengan yang disusun oleh Bogardus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1. Selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.
5.Semantic Differensial
Instrumen yang disusun oleh Osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori : baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak berguna.
dan ada 4 teknik penilaian non tes yaitu :
1. observasi
2. penilaian diri
3. penilaian teman sejawat
4. jurnal
dan penilaian diri dan teman sejawat itu menggunakan instrumen atau angket.
teknik wawancara di gunakan saat observasi awal dan juka jumlahnya banyak maka dapat di gunakan angket dan semua itu tergantung kebutuhan dan dalam penilaian diri itu guru dapat menilai ketidaksukaan siswa.
sekian dari saya
AYU MAHYUNI
(1310013221021)
Wassalamualaikum.
ASSALAMUALAIKUM WR.WB
BalasHapusPENILAIAN AFEKTIF
A. ASPEK AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
1. Pengertian Ranah Afektif
Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Objek afektif beragam dari perhatian yang bersifat sederhana untuk memilih fenomena sampai dengan hal kompleks tetapi secara internal konsisten dengan kualitas Akarakter dan suara hati.
Domain afektif merupakan kawasan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dengan domain-domain yang lain. Karena sebagai kawasan tujuan pendidikan, ketiga domain ini saling mendukung.
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Faktor pendorong sikap untuk melakukan sesuatu terdiri dari beberapa faktor. Herzbeg (1976) membagi atas enam faktor yaitu (1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, teman sejawat ataupun orang lain, (2) prestasi yaitu prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang dalam belajar, (3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan, (4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya, (5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, (6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan tugas yang baru dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar. Sikap dapat dibentuk sebagai hasil dari suatu yang dipelajari. Sikap bisa saja dipengaruhi oleh orang lain, guru dan teman. Sebaliknya sikap juga dapat dipengaruhi perbuatan dan tingkah laku seseorang (Azwar, 1998;15).
Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran biologi misalnya:
1) Membaca buku biologi
2) Mempelajari biologi
3) Melakukan interaksi dengan guru biologi
4) Mengerjakan tugas biologi
5) Melakukan diskusi tentang biologi
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
1) Saya senang membaca buku biologi
2) Tidak semua orang harus belajar biologi
3) Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran biologi
b. Minat
BalasHapusKartono (1982) menyatakan bahwa minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat adalah sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta mampu membuktikan lebih lanjut.
Suryabrata (1984) mengkategorikan minat belajar kedalam tiga kategori yaitu (1) volenter adalah minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar, (2) involenter adalah minat yang timbul akibat pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru), dan (3) nonvolenter adalah minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
1) Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran,
2) Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
3) Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
4) Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
5) Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
Contoh indikator minat terhadap pelajaran biologi:
1) Memiliki catatan pelajaran biologi
2) Berusaha memahami biologi
3) Memiliki buku biologi
4) Mengikuti pelajaran biologi
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
1) Catatan pelajaran biologi saya lengkap
2) Catatan pelajaran biologi saya terdapat coretan-coretan tentang
hal-hal yang penting
3) Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran
biologi
. c.Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut.
1) Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
2) Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
3) Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
4) Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
5) Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Contoh indikator konsep diri:
1) Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami
2) Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran
3) Menunjukkan mata pelajaran yang dirasa sulit
4) Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik
Contoh pernyataan untuk instrumen:
1) Saya sulit mengikuti pelajaran biologi
2) Saya mudah memahami biologi
3) Saya mudah menghapal suatu konsep.
4) Saya merasa sulit mengikuti pelajaran biologi
Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran biologi
Nilai
BalasHapusNilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7). Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
Contoh indikator nilai adalah:
1) Memiliki keyakinan akan peran sekolah
2) Menyakini keberhasilan peserta didik
3) Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru.
4) Mempertahankan keyakinan akan harapan masyarakat
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik:
1) Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk
ditingkatkan.
2) Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal.
3) Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi.
4) Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
5) Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.
.
E, Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Contoh indikator moral sesuai dengan definisi tersebut adalah:
1) Memegang janji
2) Memiliki kepedulian terhadap orang lain
3) Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas
4) Memiliki kejujuran
Contoh pernyataan untuk instrumen moral
1) Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati.
2) Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
3) Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
4) Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain.
5) Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu
2. Tujuan Penilaia Ranah Afektif
BalasHapusAdapun tujuan penilaian ranah afektif menurut Arikunto (2013) adalah (1) mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya, (2) mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah laku anak didik, (3) menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik, dan (4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
3. Manfaat Penilaian Ranah Afektif
Menurut Anwar (2009), penilaian ranah afektif berguna untuk hal sebagai berikut ini.
Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik. Apabila mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan diasumsikan mereka akan mampu menguasai pembelajaran dan tentunya pencapaian kompetensi minimal akan terwujud
Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk mengarahkan pilihan siswa, misalnya termasuk untuk memasuki PT yang mereka minati
4. Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing, organization dan characterization by a value or value complex.
a. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Purwanto (2011) mengatakan bahwa receiving atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian pada rangsangan yang datang adanya. Receiving merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain Contoh pernyataan untuk jenjang ini:
a. Selalu senang melakukan praktikum dengan teman secara bekerja sama
b. Selalu senang membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam praktikum
b. Responding (Menanggapi)
Contoh pernyataan untuk jenjang ini:
a. Selalu mentaati aturan-aturan dalam pelaksanaan praktikum dilaboratorium
b. Selalu menanggapi pendapat teman terhadap hasil praktikum
c. Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi daripada receiving dan responding Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
a. Selalu merawat benda yang digunakan dalam praktikum
b. Selalu menunjukkan simpati jika terjadi kelalaian dalam proses praktikum
c. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pol kepribadian dan tingkah lakunya
Secara skematik, kelima jenjang afektif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
B. KAIDAH PERUMUSAN INSTRUMEN EVALUASI ASPEK SIKAP
1. Menurut Depdiknas (2010), pengukuran ranah afektif dilakukan melalui metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri.
1. Wawancara (Interview)
BalasHapusYusuf (2007) mengemukakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. Sudijono (2012) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan
2. Angket (Questionnaire)
Menurut Putra (2012), pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa angket merupakan teknik yang efisien dan cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar
3. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik melalui teknik non tes dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen
heheheeee,,;D
TERIMA KASIH...buk...:)
Assalamualaikum wr.wb
BalasHapusDari data yg diatas dapat saya simpulkan sebagai berikut:
1. Pengertian Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
(1) receiving
(2) responding
(3) valuing
(4) organization
(5)characterization by evalue or calue complex.
2. Ciri-Ciri Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif
Pertama, pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.
3. Pengembangan Teknik Evaluasi Ranah Afektif Ada Beberapa Langkah :
Ø Membuat definisi konseptual, dalam hal ini kita perlu memahami konstrak (construct) teoretik
Ø Membuat definisi operasional, di dalamnya kita menentukan domain atau indikator, serta menentukan objek psikologiknya, untuk kemudian dibuat kisi-kisi, serta membuat butir-butir pernyataan;
4. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung. Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Nur hasanah tanjung
1310013221025
Assalamualaikum wr.wb
BalasHapus1. Pengertian Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).
Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasikan bahwa unsur-unsur domain afektif paling tidak meliputi:
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
b. Minat
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat adalah sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta mampu membuktikan lebih lanjut.Suryabrata (1984) mengkategorikan minat belajar kedalam tiga kategori yaitu (1) volenter adalah minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar, (2) involenter adalah minat yang timbul akibat pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru), dan (3) nonvolenter adalah minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat.
c. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut.
1)Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
2)Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
3)Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7). Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
2.Tujuan Penilaia Ranah Afektif.
BalasHapustujuan penilaian ranah afektif menurut Arikunto (2013) adalah:
(1) mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
(2) mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah laku anak didik.
(3) menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
(4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
3.Manfaat Penilaian Ranah Afektif
Menurut Anwar (2009), penilaian ranah afektif berguna untuk hal sebagai berikut ini.
1.Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik. Apabila mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan diasumsikan mereka akan mampu menguasai pembelajaran dan tentunya pencapaian kompetensi minimal akan terwujud
2.Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk mengarahkan pilihan siswa, misalnya termasuk untuk memasuki PT yang mereka minati.
4.Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu:
a.Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Purwanto (2011) mengatakan bahwa receiving atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian pada rangsangan yang datang adanya. Receiving merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
b.Responding (Menanggapi)
Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi dibandingkan jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah: peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi tentang kedisiplinan.
c.Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi daripada receiving dan responding.
d.Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e.Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pol kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana.
assalamualaikum buk
BalasHapus1.Pengertian Ranah Afektif
ranah afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).
3.manfaat Penilaian Ranah Afektif
Menurut Anwar (2009), penilaian ranah afektif berguna untuk hal sebagai berikut ini.
1. Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik.
2. Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk menentukan pilihan siswa
.Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing, organization dan characterization by a value or value complex.
KAIDAH PERUMUSAN INSTRUMEN EVALUASI ASPEK SIKAP
1.Pengamatan (Observation)
Secara umum, observasi adalah cara mengumpulkan (keterangan) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis.
2.Wawancara (Interview)
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
3.Angket (Questionnaire)
angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden)
4.Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Berbagai informasi, diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik5.
*Jenis-jenis Skala
1.Skala Likert
2.Skala Pilihan Ganda
3.Skala Thurstone
4.Skala Guttman
5.Semantic Differensial
*Pengembangan Perangkat Penilaian Ranah Afektif
1.Melakukan analisis standar isi (SK/KD)
2.Menyusun Kisi-kisi
3.Membuat Instrumen
wassalam :)
Afektif
BalasHapusRanah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai)
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu:
a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,
b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusa.pengertian ranah afektif
BalasHapusdomain afektif adalah ranah pendidikanyang menekankan suara perasaan,emosi,tingkat penerimaan ataupun penolakan.
unsur-unsur domain efektif:
1. sikap
2. minat
3. konsep diri
4. nilai
5. moral
b. tujuan penilaian ranah afektif
1. mendapatkan umpan balik
2. mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
3. menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat
4. mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak diddik
c. manfaat penilaian ranah afektif
1. mengarahkan pe,belajaran ke arah yg lebih disenangi hingga setidaknya tercapai tujuan terendah sebuah pembelajaran
2. membantu guru mengarahkan pilihan siswa
d. djenjang kemampuan ranah afektif
1. receiving atau atending
2. responding
3. valuing
4. organization
5. characterization
kaidah perumudsan instrumen evaluasi aspek sikap
yaitu dilihat dari sisi psikologi
untuk mengetahuinya dapat kita lakukan dengan beberapa cara yaitu berupa pengamatan, wawancara angket,pemeriksaan dokumen.
ada 4 teknik non tes yaitu observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, jurnal.
tank kayu
Ranah Penilaian Afektif
BalasHapusRanah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
2. Minat
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
• mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
• mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
• pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
• menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama, f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
• mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
• bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
• meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
5. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Unsur-unsur domain afektif meliputi perhatian/minat, sikap, nilai, apresiasi, kepercayaan, perasaan, emosi perilaku, keinginan, dan penyesuaian.
BalasHapusSikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan konsentrasi, sehingga suatu mata pelajaran hanya dapat dipelajari dengan baik apabila peserta didik dapat konsentrasi terhadap pelajaran itu.
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelamahan yang dimiliki. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: 1) Receiving/Attending (menerima atau memperhatikan) pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan; 2) Responding (menanggapi), peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi tentang kedisiplinan; 3) Valuing (menilai atau menghargai), tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin; 4) Organization (mengorganisasikan), peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional; 5) Characterization by a Value or Value Complex (karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai), peserta didik telah memiliki kebulatan sikap wujudnya dalam menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan.
Non-tes sebagai alat penilaian hasil dan proses pembelajaran untuk aspek afektif. Alat-alat penilaian non-tes, sebagai berikut:
1. Wawancara
2. Kuisioner
3. Skala
4. Observasi
5. Studi kasus
Kompetensi peserta didik dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat peserta didik dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh peserta didik yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif peserta didik dan perlu lembar pengamatan.
hadir buk
BalasHapusRanah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).
1.manfaat Penilaian Ranah Afektif
Menurut Anwar (2009), penilaian ranah afektif berguna untuk hal sebagai berikut ini.
1. Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik.
2. Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk menentukan pilihan siswa
.Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
2. Minat
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
• mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
• mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
• pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
• menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama, f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
• mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
• bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
• meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
5. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala.
Ranah Afektif
BalasHapusRanah afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. unsur-unsur ranah afektif paling tidak meliputi :
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek.
b. Minat
minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, kecenderungan jiwa, ketertarikan, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Kartono (1982)
c. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7).
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri.
Tujuan Penilaian Ranah Afektif
tujuan penilaian ranah afektif adalah (1) mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa (2) mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik. (3) menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat. (4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik. Arikunto (2013)
Manfaat Penilaian Ranah Afektif
Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik. Dan Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk mengarahkan pilihan siswa.
Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan) merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Responding (Menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Valuing (Menilai atau Menghargai) Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek. Organization (Mengorganisasikan) Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
b. kaidah perumusan instrumen evaluasi aspek sikap
Pengamatan (Observation) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan (keterangan) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Wawancara (Interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. Angket (Questionnaire) adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).
TERIMA KASIH BUK,,
RENDI YANUARLI PUTRA ( 1310013221003)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPengertian Ranah Penilaian Afektif -
BalasHapusRanah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
(1) receiving
(2) responding
(3) valuing
(4) organization
(5) characterization by evalue or calue complex
1. Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan)
Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
2. Responding (= menanggapi)
Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
3. Valuing (menilai=menghargai)
Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
4. Organization (=mengatur atau mengorganisasikan)
BalasHapusOrganization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif -
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAda 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
BalasHapus1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus4. Organization (=mengatur atau mengorganisasikan)
BalasHapusOrganization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif -
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum Wr.Wb ..
BalasHapusAdapun rangkuman dari materi hari ini adalah :
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Dalam melakukan kegiatan evaluasi secara afektif , ada beberapa teknik evaluasi yang dapat digunakan yaitu :
1. Observasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dengan menggunakan alat indera ( mengamati secara langsung ) dan kemudian dicatat dengan menggunakan lembar penilaian atau acuan yang disiapkan oleh guru.
2. Penilaian diri
Merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru dengan cara meminta siswa untuk mangemukakan kelebihan atau potensi yang dimiliki oleh seorang peserta didik ataupun kekurangan-kekurangan yang dimilikinya dengan menggunakan lembar penilaian diri .
3. Penilaian teman sejawat
Merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk Tanya jawab langsung atau antara peserta didik yang satu dengan temannya dapat saling memberikan penilaian terhadap diri temannya tersebut.
4. Jurnal
Merupakan suatu teknik evaluasi yang biasanya dilakukan oleh seorang guru dengan cara membuat catatan-catatan kecil tentang peserta didik.
Wassalam …
Asslamu'alaikum wr...wb
BalasHapusSelamat malam semuanya :)
A. Pengertian Ranah Afektif
Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Objek afektif beragam dari perhatian yang bersifat sederhana untuk memilih fenomena sampai dengan hal kompleks tetapi secara internal konsisten dengan kualitas karakter dan suara hati
Domain afektif merupakan kawasan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dengan domain-domain yang lain. Karena sebagai kawasan tujuan pendidikan, ketiga domain ini saling mendukung. Objek domain afektif menurut Krathwohl (1973 : 24) unsur-unsurnya terdiri dari minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi (apresiation), dan penyesuaian (adjustmen). Ajzen dan Fishbein (1975) membagi dalam kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan atau maksud (intention), dan perilaku (behaviour). Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Internalisasi pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan kecendrungan berperilaku seseorang.
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
b. Minat
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Selanjutnya Walgito (1981:38) menyatakan bahwa minat adalah sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta mampu membuktikan lebih lanjut.
Minat siswa juga sangat mempengaruhi cara belajarnya. Jika mereka tertarik terhadap mata pelajaran tertentu, maka minat belajar cenderung menjadi tinggi, kegiatan belajar pun menjadi meningkat dalam arti siswa akan lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan belajar. Hal ini ditegaskan Hurlock (1996), bahwa siswa yang berminat terhadap suatu kegiatan belajar akan berusaha lebih keras untuk memahami materi pembelajaran dibanding siswa yang kurang berminat terhadap kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, jika guru berharap agar proses belajar mengajar terlaksana secara optimal, maka guru harus mampu merangsang minat dan motivasi siswa atau siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c. Konsep diri
BalasHapusKonsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.
d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7). Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
B. Tujuan Penilaia Ranah Afektif
Adapun tujuan penilaian ranah afektif menurut Arikunto (2013) adalah (1) mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya, (2) mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikan tingkah laku anak didik, (3) menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik, dan (4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
Menurut Popham dalam Anwar (2009) tujuan penilaian afektif untuk mengenal keinginan, harapan, serta pikiran positif peserta didik untuk diarahkan pada masa yang akan datang. Dimisalkan seorang siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran biologi, lalu dibuktikan dengan penguasaan aspek pengetahuan dan keterampilan dalam melaksananan proses pembelajaran, maka disini seorang guru harus mampu mengarahkan siswa tersebut dalam memilih jurusan yang berhubungan dengan kemampuan siswa untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.
C. Manfaat Penilaian Ranah Afektif
Menurut Anwar (2009), penilaian ranah afektif berguna untuk hal sebagai berikut ini.
1. Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik. Apabila mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan diasumsikan mereka akan mampu menguasai pembelajaran dan tentunya pencapaian kompetensi minimal akan terwujud
2. Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk mengarahkan pilihan siswa, misalnya termasuk untuk memasuki PT yang mereka minati.
D. Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
BalasHapusRanah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing, organization dan characterization by a value or value complex.
1. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Purwanto (2011) mengatakan bahwa receiving atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian pada rangsangan yang datang adanya. Receiving merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu.
Contoh pernyataan untuk jenjang ini:
a. Selalu senang melakukan praktikum dengan teman secara bekerja sama
b. Selalu senang membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam praktikum
2. Responding (Menanggapi)
Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi dibandingkan jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah: peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi tentang kedisiplinan.
Contoh pernyataan untuk jenjang ini:
a. Selalu mentaati aturan-aturan dalam pelaksanaan praktikum dilaboratorium
b. Selalu menanggapi pendapat teman terhadap hasil praktikum
3. Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila sesuatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu telah mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
a. Selalu merawat benda yang digunakan dalam praktikum
b. Selalu menunjukkan simpati jika terjadi kelalaian dalam proses praktikum
4. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional. Mengatur atau mengorganisasikan ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi dibandingkan receiving, responding dan valuing.
a. Selalu rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, mandiri dalam bekerja secara independen
b. Selalu mendiskusikan cara-cara pelaksanaan praktikum bersama anggota kelompok
Assalamualaikum Wr.Wb ..
BalasHapusAdapun rangkuman dari materi hari ini adalah :
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Dalam melakukan kegiatan atau proses evaluasi secara afektif , ada beberapa teknik evaluasi yang dapat digunakan yaitu :
1. Observasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dengan menggunakan alat indera ( mengamati secara langsung ) dan kemudian dicatat dengan menggunakan lembar penilaian atau acuan yang disiapkan oleh guru.
2. Penilaian diri
Merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru dengan cara meminta siswa untuk mangemukakan kelebihan atau potensi yang dimiliki oleh seorang peserta didik ataupun kekurangan-kekurangan yang dimilikinya dengan menggunakan lembar penilaian diri .
3. Penilaian teman sejawat
Merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk Tanya jawab langsung atau antara peserta didik yang satu dengan temannya dapat saling memberikan penilaian terhadap diri temannya tersebut.
4. Jurnal
Merupakan suatu teknik evaluasi yang biasanya dilakukan oleh seorang guru dengan cara membuat catatan-catatan kecil tentang peserta didik.
Wassalam …
5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
BalasHapusMerupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pol kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phylosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”, tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya dalam menjalankan perintah Tuhan YME sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Contoh pernyataan jenjang ini yaitu:
a. Selalu membedakan hasil kerja sendiri dengan teman lalu mendiskusikan hasil yang tepat
b. Selalu memecahkan masalah secara bersama-sama.
E. Pengukuran Ranah Afektif
1. Pengamatan (Observation)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan (keterangan) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.
Menurut Putra (2012), observasi dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan bentuk dan tujuannya, yaitu:
a. Observasi Partisipan dan Nonpartisipan
Observasi partisipan merupakan observasi yang dilakukan oleh pengamat (observer), tetapi dalam pengamatan itu, observer memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
b. Observasi Sistematik dan Nonsistematik
Observasi sistematik merupakan observasi dimana berbagai faktor yang diamati sudah didaftarkan secara sistematis dan diatur menurut kategorinya. Sedangkan observasi nonsistematis adalah apabila dalam pengamatan tidak terdapat struktur kategori yang akan diamati. Berbeda dengan observasi partisipan, dalam observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian, pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya. Contoh observasi sistematis, misalnya guru yang sedang mengamati siswa dalam menanam bunga. Di sini, sebelum guru melaksanakan observasi, guru sudah membuat berbagai kategori yang akan diamati, misalnya kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerja sama dan kebersihan. Kemudian, berbagai kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga. Sedangkan pada observasi nonsistematis, guru tidak membuat kategori-kategori, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
c. Observasi Eksperimental dan Noneksperimental
BalasHapusPada observasi eksperimental, tingkah laku yang diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan (treatment), sehingga observasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar matang. Sedangkan pada observasi yang dilaksanakan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya jauh lebih sederhana karena observasi semacam ini dapat dilakukan secara sepintas lalu saja.
Adapun kelebihan dari penggunaan teknik observasi ini adalah:
1) Data observasi itu diperoleh secara langsung di lapangan, yakni dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan atau ekspresi peserta didik di dalam melakukan sesuatu, sehingga dengan demikian data tersebut dapat lebih bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut keadaan yang sebenarnya.
2) Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik, dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi belajar mereka.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan teknik observasi ini adalah:
1) Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat digunakan dengan baik dan benar oleh para pengajar. Guru yang tidak atau kurang memiliki kecakapan atau keterampilan dalam melakukan observasi, maka hasil observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya. Untuk menghasilkan data observasi yang baik, seorang guru harus mampu membedakan antara apa yang tersurat dengan apa yang tersirat.
2) Kepribadian (personality) dari observer atau evaluator juga seringkali mewarnai atau menyelinap masuk ke dalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-prasangka yang mungkin melekat pada diri observer (evaluator) dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
3) Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap “kulit luar” nya saja. Adapun apa-apa yang sesungguhnya terjadi di balik hasil pengamatan itu belum dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja. Karena itu observasi harus didukung dengan cara lainnya, misalnya dengan melakukan wawancara.
2. Wawancara (Interview)
Yusuf (2007) mengemukakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. Sudijono (2012) menambahkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada 2 jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a. Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview).
Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta didik dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya.
b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic interview) atau wawancara bebas.
Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini pewawancara atau evaluator akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Sebaiknya hasil-hasil wawancara itu langsung dicatat oleh evaluator.
3. Angket (Questionnaire)
BalasHapusMenurut Putra (2012), pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa angket merupakan teknik yang efisien dan cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar. Data yang dapat dihimpun melalui angket misalnya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.
Angket dapat dibedakan dari segi cara menjawabnya, yakni :
a. Angket tertutup, yakni angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap, sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b. Angket terbuka, yakni angket yang disusun sedemikian rupa, sehingga para responden mengemukakan pendapatnya. Angket terbuka disusun apabila jenis jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas, sehingga jawabannya akan beraneka ragam.
4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik melalui teknik non tes dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (autobiografi), selain itu juga dokumen yang memuat informasitentang orang tua peserta didik.
F. Jenis-jenis Skala
Menurut Arikunto (2013), ada beberapa skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, antara lain:
1. Skala Likert
Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert, yang merupakan suatu series item (butir soal). Responden hanya memberikan persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap butir soal tersebut. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan umumnya diikuti oleh respons yang menunjukkan tingkatan.
Adapun langkah-langkah penyusunan Skala Likert adalah :
a. Komposisi butir soal
- Susunlah sejumlah soal dengan mempertimbangkan pernyataan positif dan pernyataan negatif dengan komposisi yang seimbang dan urutan kemunculannya juga secara acak.
b. Pemilihan alternatif jawaban
- Yakni dengan menentukan alternatif pilihan jawaban yang digunakan, apakah 5 atau 7. Beberapa alternatif yang sering digunakan adalah:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
TB = Tidak berpendapat
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
c. Pemberian skor
- Jika pilihan respon berjumlah lima, maka berilah nilai 1, 2, 3, 4, dan 5
- Karena adanya butir soal yang positif dan yang negatif, maka hal tersebut berpengaruh terhadap pemberian skor.
2. Skala Pilihan Ganda
BalasHapusSkala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda, yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat. Skala seperti ini dikembangkan oleh Inkels, seorang ahli penilaian di Stanford University. Contohnya :
Dalam pelaksanaan upacara bendera:
a. Setiap peserta harus dengan khidmat mengikuti jalannya upacara tanpa kecuali.
b. Peserta diperbolehkan berbicara asal dalam batas-batas tertentu dan tidak mengganggu jalannya upacara.
c. Dalam keadaan terpaksa peserta boleh berbicara tetapi hanya dengan berbisik.
d. Peserta boleh berbicara asal tertib.
3. Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Louis Leon Thurstone, seorang ahli Ilmu Jiwa Amerika dan pioner dalam pengukuran mental (Yusuf, 2007). Skala Thurstone merupakan skala mirip skala buatan likert karena merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A B C D E F G H I J K
Very favourable neutral very unfavourable
Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone kira-kira 10 butir, tetapi tidak kurang dari 5 butir.
4. Skala Guttman
Skala ini sama dengan yang disusun oleh Bogardus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1. Selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.
Contoh:
a. Saya mengizinkan anak saya bermain ke rumah tetangga
b. Saya mengizinkan anak saya pergi ke mana saja ia mau
c. Saya mengizinkan anak saya pergi kapan saja dan ke mana saja
d. Anak saya bebas pergi ke mana saja tanpa minta izin terlebih dahulu
5. Semantic Differensial
Instrumen yang disusun oleh Osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori : baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak berguna. Contoh :
Baik 1 2 3 4 5 6 7 Tidak baik
Berguna 1 2 3 4 5 6 7 Tidak berguna
Aktif 1 2 3 4 5 6 7 Pasif
Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui minat atau pendapat siswa mengenai sesuatu kegiatan atau topik dari suatu mata pelajaran.
2. Menyusun Kisi-kisi
Dalam menyusun kisi-kisi dapat menggunakan format berikut:
Tabel 6. Kisi-kisi Penilaian Ranah Afektif (Depdiknas, 2010)
3. Membuat Instrumen
Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:
1). Menentukan spesifikasi instrumen
Pendidik dapat memilih lima macam instrumen pengukuran ranah afektif yang akan digunakan, yaitu:
a. Sikap,
b. Minat,
c. Konsep diri,
d. Nilai, dan
e. Moral.
2). Menulis instrumen
Pendidik memperhatikan empat hal yaitu:
a. Tujuan pengukuran,
b. Kisi-kisi instrumen,
c. Bentuk dan format instrumen, dan
d. Panjang instrumen.
3). Menentukan skala instrumen
Pendidik dapat memilih skala yang digunakan dalam instrumen penilaian afektif.
4). Menentukan pedoman penskoran
BalasHapusKegiatan yang harus dilakukan pendidik meliputi:
a. Pendidik mempertimbangkan skala pengukuran yang digunakan;
5). Menelaah instrumen
Kegiatan penelaahan instrumen sebaiknya dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur atau oleh MGMP. Kegiatan pendidik dalam telaah instrumen yaitu:
a. Butir pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator;
b. Bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar;
c. Butir pertanyaan/pernyataan tidak bias;
d. Format instrumen menarik untuk dibaca;
e. Pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas;
f. Jumlah butir dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat
sehingga tidak menjemukan untuk dibaca/dijawab (sebaiknya tidak lebih dari 30 menit).
6). Merakit instrumen
Kegiatan yang dilakukan pendidik meliputi:
a. Perbaikan instrumen hasil telaah;
b. Merakit instrumen, yaitu:
1) Menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/pernyataan (format harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang);
2) Memisahkan setiap sepuluh pertanyaan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang;
3) Mengurutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.
7). Melakukan ujicoba
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik yaitu:
a. Menentukan sampel yang diperlukan minimal 30 peserta didik;
b. Catat saran-saran responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen dan waktu.
8). Menganalisis hasil ujicoba
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik yaitu:
a. Menentukan daya beda (Daya beda lebih dari 0,30 butir instrumen tergolong baik)
b. Menentukan indeks keandalan instrumen minimal 0,70
9). Menyempurnakan instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir yang tdak baik berdasarkan hasil analisis hasil uji coba. Bisa saja, hasil telaah instrumen tampak baik, namun hasil uji coba empiris tampak tidak baik. Untuk itu, butir instrumen harus diperbaiki. Perbaikan termasuk pada semua saran-saran dari responden uji coba.
10). Melaksanakan pengukuran
Sebaiknya, pelaksanaan pengukuran bukan pada waktu responden sudah lelah. Selain itu, ruangan untuk mengisi instrumen harus memiliki sinar dan sirkulasi udara yang cukup. Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya kepada responden lain agar jawaban kuisioner tidak sama atau homogen. Pengisian instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi responden, dan pedoman pengisian instrumen.
11). Menafsirkan hasil pengukuran
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik yaitu:
a. Menentukan kriteria (tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan). Misalnya menggunakan skala Likert yang berisi 10
pertanyaan/pernyataan dengan 4 (empat) pilihan;
b. Menentukan skor tertinggi
c. Menyusun kualifikasi, misalnya menjadi empat kategori yaitu baik sekali, baik, cukup dan kurang.
d. Menentukan nilai afektif.
4. Menyusun Instrumen Observasi atau Pengamatan
1). Observasi terhadap ranah afektif mata pelajaran.
Kegiatan yang dilakukan pendidik adalah:
a. Merumuskan tujuan pengukuran afektif, dan
b. Menyusun kisi-kisi instrumen:
(1) Menentukan definisi konseptual,
(2) Menentukan definisi operasional berdasarkan kompetensi dasar,
(3) Menyusun indikator (perhatian aspek afektif dominan mata pelajaran),
(4) Menulis instrumen.
2). Observasi akhlak mulia
Guru mata pelajaran menilai akhlak mulia sebagai bahan pertimbangan guru mata pelajaran pendidikan agama dalam menilai akhlak mulia peserta didik. Akhlak mulia yang dapat dinilai adalah; kedisiplinan, kebersihan, tanggungjawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran dan pelaksanaan ibadah ritual.
3). Observasi kepribadian
Guru mata pelajaran menilai kepribadian sebagai bahan pertimbangan guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menilai kepribadian peserta didik. Kepribadian yang dapat dinilai adalah; bertanggungjawab, percaya diri, saling menghargai, bersikap santun dan kompetitif.
Pengertian rana afektif domain afektif adalah rana pendidikan yang menekankan suara perasaan emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakkan. DApat diidentifikasi bahwa undur-unsur dominan afektif paling tidak meliputi perhatian, minat, sikap, nilai, apresiasi, kepercayaan, emosi, perilaku, dan penyesuaian. Rana afektif dikelompokkan kedalam lima kenjang, 1. Receiving atau attending. 2. REsponding 3. Valuing, 4 organizaition, 5. Charecterrization. Rangkuman pembelajaran tadi siang. Dalam melakukan penilaian terhadap siswa dapat melakukan penilaian teman sejawat, dengan skala likert, supaya data yang diperoleh dapat memuaskan, ada juga dengan wawancara. .Penilaian dapat dilihat dari tingkat kesulitan soal. Itu aja buk.. yandew
BalasHapusRanah Afektif
BalasHapusDomain efekrif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Dalam melakukan kegiatan evaluasi secara afektif , ada beberapa teknik evaluasi yang dapat digunakan yaitu :
1. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dengan menggunakan alat indera ( mengamati secara langsung ) dan kemudian dicatat dengan menggunakan lembar penilaian atau acuan yang disiapkan oleh guru.
2. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru dengan cara meminta siswa untuk mangemukakan kelebihan atau potensi yang dimiliki oleh seorang peserta didik ataupun kekurangan-kekurangan yang dimilikinya dengan menggunakan lembar penilaian diri .
3. Penilaian teman sejawat
penilaian ini merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk Tanya jawab langsung atau antara peserta didik yang satu dengan temannya dapat saling memberikan penilaian terhadap diri dari masing masingnya.
4. Jurnal
Merupakan suatu teknik evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru dengan cara membuat catatan-catatan kecil tentang peserta didik.
Nita sari dewi (1310013221004)
Pengertian Ranah Afektif Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Objek afektif beragam dari perhatian yang bersifat sederhana untuk memilih fenomena sampai dengan hal kompleks tetapi secara internal konsisten dengan kualitas karakter dan suara hati Domain afektif merupakan kawasan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dengan domain-domain yang lain. Karena sebagai kawasan tujuan pendidikan, ketiga domain ini saling mendukung.
BalasHapusa. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
b. Minat
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu
C. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
ASPEK AFEKTIF
BalasHapusPengertian Ranah Afektif Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan.
Afektif menurut Krathwohl (1973 : 24) unsur-unsurnya terdiri dari minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi (apresiation), dan penyesuaian (adjustmen). Pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Internalisasi pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan kecenderungan berperilaku seseorang.
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Faktor pendorong sikap untuk melakukan sesuatu terdiri dari enam faktor yaitu:
(1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, teman sejawat ataupun orang lain,
(2) prestasi yaitu prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang dalam belajar,
(3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan,
(4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya,
(5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya,
(6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan tugas yang baru dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar.
b. Minat
Minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Oleh karena itu, jika guru berharap agar proses belajar mengajar terlaksana secara optimal, maka guru harus mampu merangsang minat dan motivasi siswa atau siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Minat belajar kedalam tiga kategori yaitu:
1. volenter adalah minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar
2. involenter adalah minat yang timbul akibat pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru)
3. nonvolenter adalah minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan konsentrasi, sehingga suatu mata pelajaran hanya dapat dipelajari dengan baik apabila mahasiswa dapat konsentrasi terhadap pelajaran itu
c. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
d. Nilai
BalasHapusNilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
1. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Receiving atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima respon dengan memberikan perhatian pada respon yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
2. Responding (Menanggapi)
Menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya.
3. Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek.
4. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal.
5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”, tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat direncanakan.
Non-tes sebagai alat penilaian hasil dan proses pembelajaran untuk aspek afektif. Alat-alat penilaian non-tes, sebagai berikut:
1. Wawancara
2. Kuisioner
3. Skala
4. Observasi
5. Studi kasus
Kompetensi peserta didik dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat peserta didik dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui empat hal yaitu: a) laporan diri oleh peserta didik yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif peserta didik dan perlu lembar pengamatan, c) penilaian teman sejawat dan d) penilaian jurnal.
ASPEK AFEKTIF
BalasHapusPengertian Ranah Afektif Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan.
Ajzen dan Fishbein (1975) membagi dalam kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan atau maksud (intention), dan perilaku (behaviour). Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap sikap seseorang.
Ajzen dan Fishbein, Hammond (Worthen dan Sanders, 1973) menyatakan bahwa objek pendidikan disamping kognitif, dan psikomotorik juga afektif. Objek afektif ini meliputi unsur perhatian, minat (interest), sikap (attitude), perasaan (feeling), dan emosi (emotion).
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike).
Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa sikap adalah merupakan kecenderungan seseorang bereaksi terhadap suatu objek tertentu sesuai dengan pengalaman dan kondisi lingkungannya (Klesler, Collins, Miller dan Fishben, 1975:6).
b. Minat
minat adalah sesuatu dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap objek tertentu yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta mampu membuktikan lebih lanjut.
Suryabrata (1984) mengkategorikan minat belajar kedalam tiga kategori yaitu (1) volenter adalah minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar, (2) involenter adalah minat yang timbul akibat pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru), dan (3) nonvolenter adalah minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat.
c. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.
d. Nilai.
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan (Tyler, 1973:7). nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku.
e. Moral
BalasHapusMoral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukandiri sendiri
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing, organization dan characterization by a value or value complex.
1. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Receiving merupakan kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
2.Responding (Menanggapi)
Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
3. Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi daripada receiving dan responding.
4. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Contoh hasil belajar afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional. Mengatur atau mengorganisasikan ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi dibandingkan receiving, responding dan valuing.
5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pol kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai.
ASPEK AFEKTIF
BalasHapusPengertian Ranah Afektif Domain afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan. Pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap sikap seseorang. Internalisasi pengetahuan dan sikap seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan kecenderungan berperilaku seseorang.
a. Sikap
Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Faktor pendorong sikap untuk melakukan sesuatu terdiri dari enam faktor yaitu:
(1) pengakuan, penghargaan yaitu yang diberikan kepada seseorang baik yang datang dari gurunya, teman sejawat ataupun orang lain,
(2) prestasi yaitu prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang dalam belajar,
(3) kemungkinan berkembang yaitu baik melalui pendidikan dan pelatihan,
(4) peningkatan yaitu kesempatan untuk meningkatkan keahlian dirinya,
(5) tanggung jawab yaitu kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya,
(6) pelajaran itu sendiri yaitu jenis pelajaran yang dilakukan dengan tugas yang baru dilaksanakan baik yang bersifat rutin, bervariasi mudah maupun sukar.
b. Minat
Minat adalah salah satu faktor yang ada dalam diri individu yang menunjukkan perhatian, menjadi pendorong yang lebih kuat untuk berhubungan lebih efektif dengan objek tertentu. Minat belajar kedalam tiga kategori yaitu:
1. volenter adalah minat yang timbul secara suka rela dalam diri pelajar tanpa pengaruh unsur dari luar
2. involenter adalah minat yang timbul akibat pengaruh situasi yang diciptakan oleh pengajar (guru)
3. nonvolenter adalah minat yang sengaja ditimbulkan karena keharusan atau terpaksa harus berminat.
c. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
d. Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
BalasHapus1. Receiving atau Attending (Menerima atau Memperhatikan)
Receiving atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima respon
2. Responding (Menanggapi)
Menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
3. Valuing (Menilai atau Menghargai)
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan
4. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal.
5. Characterization by a Value or Value Complex (Karakterisasi dengan Suatu Nilai Atau Komplek Nilai)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya
Non-tes sebagai alat penilaian hasil dan proses pembelajaran untuk aspek afektif. Alat-alat penilaian non-tes, sebagai berikut:
1. Wawancara
2. Kuisioner
3. Skala
4. Observasi
5. Studi kasus
Kompetensi peserta didik dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat peserta didik dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui empat hal yaitu: a) laporan diri oleh peserta didik yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif peserta didik dan perlu lembar pengamatan, c) penilaian teman sejawat dan d) penilaian jurnal.
FITRIA ROMADONA
1310013221026
Pengertian Ranah Afektif
BalasHapusranah afektif adalah ranah pendidikan yang menekankan suara perasaan, emosi, tingkat penerimaan ataupun penolakan.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).
3.manfaat Penilaian Ranah Afektif
Menurut Anwar (2009), penilaian ranah afektif berguna untuk hal sebagai berikut ini.
1. Mengarahkan tujuan, isi dan proses pembelajaran kearah lebih disenangi dan disukai peserta didik.
2. Penilaian afektif membantu guru dan sekolah untuk menentukan pilihan siswa
.Jenjang Kemampuan Ranah Afektif
Ranah afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing, organization dan characterization by a value or value complex.
KAIDAH PERUMUSAN INSTRUMEN EVALUASI ASPEK SIKAP
1.Pengamatan (Observation)
Secara umum, observasi adalah cara mengumpulkan (keterangan) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis.
2.Wawancara (Interview)
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
3.Angket (Questionnaire)
angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden)
4.Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Berbagai informasi, diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik